PELAJARAN
BERARTI DARI ENDER
Rizka Adriana Lutfiani, FMIPA UI, 1406558430
Gambar 1. Keluarga Baru di Ender
Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI merupakan
salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas
Indonesia dengan pendekatan keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah
tertentu. Kegiatan K2N juga merupakan perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang terdiri dari tiga poin yaitu penelitian, pendidikan, dan pengabdian
masyarakat. Ketiga poin tersebut dikembangkan melalui program-program yang
kreatif, inovatif, dan edukatif untuk kemudian diaplikasikan ke dalam
masyarakat. K2N UI 2017 mengusung tema “Bersama Mayarakat, Memberi Manfaat”
dengan empat sub tema yaitu pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan
ekonomi kreatif.
Kegiatan K2N bertujuan untuk memotivasi
masyarakat dengan saling berbagi manfaat dan semangat melalui berbagai bidang
ilmu yang diterapkan. Selain itu, K2N juga bertujuan untuk membentuk
kepribadian mahasiswa sebagai kader pembangunan dengan wawasan berfikir yang
komprehensif, sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi
masyarakat, program K2N diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti guna
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai aspek.
Sejak awal mengetahui kalau ada K2N UI 2017,
saya sangat antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut karena saya merasa
sebagai mahasiswa, saya belum dapat memberikan manfaat secara langsung untuk
masyarakat, bahkan cenderung terkesan cuek. Oleh karena itu, saya ingin
mengikuti K2N, sehingga saya dapat belajar secara langsung dari pengalaman
selama berada di lokasi K2N karena secara tidak langsung dituntut untuk berbaur
bermasyarakat. Saya berharap dapat memberikan sedikit manfaat dari ilmu yang
sudah saya dapatkan di bangku kuliah selama ini untuk masyarakat.
Kegiatan K2N UI berlangsung selama 33
hari, lebih tepatnya pada tanggal 19 Juli hingga 22 Agustus. Sebelum hari
keberangkatan, peserta harus melewati beberapa tahapa, yaitu seleksi berkas,
pembekalan, wawancara penempatan, bina fisik dan mental, hingga akhirnya
melaksanakan kegiatan K2N di lokasi yang telah ditetapkan. Selama kegiatan K2N,
sangat banyak pelajaran yang saya dapatkan, yang tentunya tidak dapat saya
dapatkan pada saat berada di kelas. Banyak hal-hal berarti buat saya yang terjadi
selama K2N, mulai dari keluarga baru, cara menghadapi orang-orang baru,
mengajarkan anak-anak, dan masih banyak lagi. Menghadapi berbagai masalah dan mencari
solusi untuk menyelesaikan masalah di lokasi K2N merupakan salah satu
pembelajaran baru bagi saya.
Pada tanggal 19 Juli 2017, saya dan tim
berangkat ke lokasi K2N yang bertempat di Desa Ender, Kecamatan Pangenan,
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Perjalanan ke Desa Ender memakan waktu kurang
lebih enam jam. Sesampainya di rumah kontrakan, kami langsung membereskan rumah
dan pada malam harinya kami rapat untuk membahas agenda dan rencana untuk
melakukan assessment di Desa Ender. Assessment bertujuan untuk melalakukan
penilaian, peninjauan, serta mencari permasalahan yang terjadi di Desa Ender,
sehingga kami dapat membuat program-program yang dapat mengurangi atau
menyelesaikan permasalah yang terjadi di desa tersebut.
Assesment
dilakukan
selama tiga hari, yaitu dengan mengunjungi Balai Desa, tokoh-tokoh masyarakat,
serta warga Ender, mulai dari anak-anak, pemuda, ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga
lansia. Selama assessment, kami
mendapatkan banyak informasi tentang Desa Ender. Kami juga jadi lebih mengenal
kondisi di desa tersebut, sehingga kami pun mulai merumuskan permasalahan apa
saja yang terjadi di Ender, terutama yang termasuk ke dalam subtema K2N 2017,
yaitu pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan ekonomi kreatif. Kami pun dipecah
menjadi empat tim, sesuai dengan subtema tersebut, sehingga informasi yang
didapatkan jadi lebih banyak. Saya berada di tim lingkungan bersama Bayu.
Meskipun hanya berdua, kami tidak pernah merasa kesulitan, karena kami saling
membantu untuk menjalankan program yang sudah kami rencanakan.
Berdasarkan hasil assessment, desa Ender terdiri dari lima blok yang masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jarak antar satu blok
ke blok lain juga agak jauh. Seharusnya desa Ender sudah dilakukan pemekaran,
karena untuk satu desa, Ender tergolong desa yang sangat luas, penduduknya pun
sudah sangat banyak. Penduduk pria di desa Ender berjumlah 3.722 jiwa,
sedangkan wanita berjumlah 3.653 jiwa.Mayoritas warga desa Ender beragama
islam. Sarana ibadah di desa Ender cukup memadai (lihat Tabel 1). Begitu pula
dengan sarana kesehatan di Desa Ender, setiap bulannya diadakan posyandu yang
lokasinya bergantian saru satu blok ke blok lainnya.
Tabel 1. Data Sarana Ibadah di
Desa Ender
Sarana Ibadah
|
Jumlah
|
Masjid Jami
|
2
|
Mushola
|
8
|
Madrasah
|
4
|
Majlis Talim
|
1
|
Jumlah
|
15
|
Tabel 2. Data Sarana Kesehatan di
Desa Ender
Sarana Kesehatan
|
Jumlah
|
Posyandu
|
5
|
Puskesmas
|
1
|
Bidan Desa
|
3
|
Klinik Tenaga Kesehatan
|
3
|
Jumlah
|
12
|
Blok 1 Desa Ender berada di bagian
Utara. Blok ini dipisahkan oleh jalan Pantura, sedangkan blok 2, 3, 4, dan 5
berada di Ender bagian Selatan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan budaya,
maupun bahasa antara Ender bagian Utara dengan Ender bagian Selatan. Ender
bagian Selatan, memiliki mata pencaharian yang beragam, ada yang menjadi
petani, nelayan, TKI, PNS, dan pekerjaan lainnya. Sementara itu, di warga Ender
Utara mayoritas bekerja sebagai nelayan yang pada umumnya kaum pria; tenaga
kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang pada umunya kaum wanita; buruh yang
pada umumnya ibu rumah tangga menjadi pengupas rajungan; serta pedagang. Ender
utara sering juga disebut sebagai “Kampung Nelayan”.
Setelah melakukan assessment¸kami melihat ada sedikit kejanggalan terjadi, bahkan
seperti ada permasalahan yang lebih besar, yaitu adanya kesenjangan sosial
antara Ender Utara dengan Ender Selatan. Masyarakat Ender Utara dianggap
memliki kelakuan yang cukup kasar, dikarenakan mayoritas merupakan nelayan.
Selain itu, warga Ender Utara juga seperti dianggap sebelah mata. Bahkan, saat
melakukan assessment dengan perangkat
desa, mereka lebih mengarahkan kami untuk lebih memajukan Ender Selatan,
padahal yang kami lihat, Ender Selatan sudah cukup maju dan cukup mandiri. Oleh
karena itu, kami pun bertekad untuk lebih fokus memajukan Ender Utara, karena
menurut kami Ender Utara lebih membutuhkan kehadiran kami, bukan karena
terbelakang, namun karena menurut kami Ender Utara memiliki potensi yang lebih,
sehingga Ender Utara juga patut untuk dibanggakan.
Gambar 2. Kegiatan Bimbingan
Belajar Ender Ceria (Bienderia)
Pendidikan rata-rata warga Desa Ender
Blok 1 adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Umumnya seusai SMP, anak
laki-laki mencari nafkah menjadi nelayan, baik nelayan harian yang setiap hari
mencari ikan di laut, maupun nelayan tahunan yang ikut berlayar dengan perahu
besar menuju negara lain untuk mendapatkan ikan. Sementara itu, anak perempuan
banyak yang menikah atau menjadi TKI di luar negeri. Hal tersebut tentunya
sangat disayangkan, padahal mereka dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi. Selain
itu, permasalahan lainnya yaitu kurangnya jumlah tenaga kerja pendidik di SD maupun
Madrasah yang ada di Desa Ender. Hal tersebut cukup menghambat proses belajar
dan mengajar. Pada saat kami datang ke Sekolah Agama di Ender Blok 1, terlihat
hanya ada satu guru yang mengajar, yaitu Pak Ghufron, yang harus mengajar kelas
satu hingga enam. Hal tersebut tentunya membuat kondisi kelas menjadi kurang
kondusif, karena harus bolak balik bergantian dari satu kelas ke kelas lain. Untuk
pendidikan, kami membuat enam program kerja, yaitu bimbel Ender ceria
(Bienderia), kelas bernyanyi dan bercerita (Kelas Nyata), pohon cita-cita dan
pendidikan karir (Poci-poci Berkarir), pengenalan aksara Jawa, sekolah agama,
dan perpustakaan Ender cerdas (Pustaka Encer).
Tabel 3. Data Sarana Pendidikan
di Desa Ender Blok 1
Pendidikan
|
Jumlah
|
|
Gedung
|
Tenaga Kerja
|
|
Sekolah
Dasar (SD)
|
1
|
8
|
Sekolah
Mengah Pertama (SMP)
|
0
|
0
|
Sekolah
Menengah Atas (SMA)
|
0
|
0
|
Madrasah
|
1
|
2
|
Jumlah
|
2
|
10
|
Bienderia dilaksanakan di rumah
kontrakan kami setiap hari senin hingga kamis, pada jam empat sore. Anak-anak
terlihat sangat antusias untuk mengikuti Bienderia tersebut. Materi yang
diajarkan pun bermacam-macam, ada materi matematika, bahasa Inggris,
kewarganegaraan, hingga kegiatan yang melatih kreativitas maupun penanaman
nilai-nilai moral untuk anak-anak. Program Perpustakaan Ender cerdas (Pustaka
Encer) bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak. SDN 1 Ender padahal
sudah memiliki ruang perpustakaan dan buku hasil sumbangan pemerintah, namun
karena kurang diperhatikan kebersihan dan kerapihannya, gedung itu pun terlihat
sangat kotor dan terdapat beberapa kerusakan. Gedung tersebut juga sudah tidak
pernah dipergunakan sebagai mana mestinya sebagai perpustakaan, bahkan hampir
tidak pernah dibuka kembali. Padahal banyak anak-anak yang ingin membaca buku
yang ada di perpustakaan tersebut. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk
merapihkan perpustakaan di SDN 1 Ender agar perpustakaan tersebut dapat
digunakan kembali. Anak-anak pun terlihat sangat antusias saat mengetahui bahwa
perpustakaan sekolah mereka akan dibuka kembali, bahkan banyak pula anak-anak
yang membantu merapikhkan perpustakaan tersebut. Begitu pula dengan program
kerja lainnya dari bidang pendidikan, bertujuan agar semua anak-anak
mendapatkan haknya untuk belajar, bukan hanya belajar mata pelajar saja, namun
juga mendidik moral dan mengembangkan potensi anak, sehingga mereka memiliki
motivasi untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Harapan kami juga agar
banyak anak-anak yang ingin meneruskan sekolahnya dan mengenyam pendidikan
setinggi mungkin untuk menggapai cita-citanya tersebut.
Gambar 3. Kelas Bernyanyi dan
Bercerita (Kelas Nyata)
Masalah kesehatan yang banyak dialami
warga Ender yaitu hipertensi. Keadaan yang cukup mengkhawatirkan ialah masih
ada beberapa warga masih membuang hajat sembarangan di sungai, padahal dilain
kesempatan terlihat anak-anak bermain dan berenang di sungai tersebut. Hal
tersebut tentunya cukup membahayakan kesehatan anak-anak. Kegiatan cuci tangan
sebelum makan juga masih belum dibudayakan dengan baik. Dalam bidang kesehatan,
kami membuat empat program kerja, yaitu cek kesehatan, senam prolanis,
posbindu, dan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Cek kesehatan
dilaksanakan secara door to door. Mengingat
target utama cek kesehatan yang merupakan lansia, sehingga untuk memudahkan
lansia, kami pun mendata dan mengecek kesehatan para warga lansia di Desa Ender
secara satu persatu. Senam prolanis pada awalnya ditujukan untuk para lansia,
namun ternyata pesertanya kebanyakn ibu-ibu rumah tangga, bahkan anak-anak. Hal
tersebut dikarenakan para lansia sudah mulai kesulitan untuk berjalan jauh,
apalagi untuk senam. Sosialisasi PHBS diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup yang sehat, terutama
pada lansia yang paling banyak mengalami keluhan kesehatan.
PHBS juga dilakukan di Pesantren, PAUD
BKKB Ender, dan SDN 1 Ender. Namun, untuk yang targetnya anak-anak, PHBS lebih
disisipkan melalui lagu-lagu yang mudah dihafalkan anak-anak. Selain itu, juga
dibawa alat peraga untuk mengajarkan cara menggosok gigi dengan benar.
Harapannya, melalui lagu-lagu tersebut, nilai-nilai yang ingin disampaikan
dapat lebih mudah dicerna anak-anak dan juga selalu diingat.
Gambar 4. Cek Kesehatan
Dalam bidang ekonomi kreatif, kami
berinisiatif untuk megembangkan penjualan krupuk lemi khas Blok 1 Desa Ender.
Krupuk lemi (Klemi) merupakan krupuk yang dibuat dari lemi (telur rajungan)
yang sudah banyak dibuat oleh ibu-ibu di Desa Ender, yang umumnya bekerja
sambilan sebagai pengupas rajungan. Telur rajungan (lemi) itu sendiri juga
merupakan salah satu limbah dari hasil mengupas rajungan. Banyak lemi yang
dibuang, namun beberapa orang memanfaatkan lemi tersebut untuk diolah menjadi
krupuk. Produk krupuk lemi memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan
karena memiliki ciri khas Desa Ender yang kuat.
Gambar 5. Pembuatan Krupuk Lemi
Kami
pun berinovasi dengan membuat variasi rasa krupuk lemi, yaitu rasa keju, jagung
manis, barbekiu, balado, dan pedas agar lebih menarik. Selain itu, kami pun
berinovasi dalam kemasan Klemi yang dibuat menjadi lebih menarik dan pemasaran
secara online, sehingga produk Klemi
dapat lebih dikenal sebagai oleh-oleh khas Cirebon. Kami pun melakukan
penjualan, dan hasilnya cukup memuaskan. Banyak yang memesan Klemi, baik secara
langsung (didominasi anak-anak yang membelinya), maupun secara online. Kami berharap kedepannya, Klemi
dapat benar-benar diakui sebagai oleh-oleh khas Kota Cirebon, sehingga dapat
meningkatkan penghasilan warga Ender Blok 1 juga.
Berdasarkan hasil assessment, didapatkan bahwa dari lingkungan, permasalahan terbesar
di Desa Ender ialah sampah yang belum ada sistem pengelolaan yang baik karena
belum tersedianya TPA dan TPS, sehingga banyak sampah yang menumpuk di beberapa
titik lokasi, bahkan banyak warga yang menjadikan bantaran sungai sebagai
tempat akhir pembuangan sampah rumah tangga. Ada warga yang mengumpulkan sampah
di satu lokasi, kemudian jika sudah banyak sampahnya akan dibakar, namun ada
pula yang langsung membuang sampahnya di pinggiran sungai dan tidak ada yang
membakar sampahnya hingga menumpuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Bahkan, permasalahan tersebut kerap kali menimbulkan banjir di beberapa titik
lokasi di Desa Ender Blok 1.
Gambar 6. Minggu Berseri di Desa
Ender Blok 1
Sampah
yang menumpuk tidak dikelola dengan baik dan benar sehingga menimbulkan
berbagai permasalahan yang dapat merambat ke masalah lain, seperti masalah
kesehatan. Selain itu, kesadaran masyarakat juga masih kurang untuk membereskan
dan membersihkan lingkungan sekitar. Lingkungan hidup merupakan tempat pertama
yang dapat dijadikan cerminan kualitas hidup suatu masyarakat dan dapat
memengaruhi kehidupan bermasyarakat, baik dari segi pendidikan maupun kesehatan
masyarakat. Berdasarkan informasi dari Bapak Kusnali, sudah sekitar kurang
lebih 12 tahun di desa Ender tidak pernah melaksanakan kegiatan kerja bakti,
dikarenakan masing-masing warga sudah memiliki kesibukan masing-masing untuk
mencari nafkah. Namun, kesadaran warga akan sampah plastik yang bermanfaat
sudah cukup baik.
Bidang lingkungan membuat enam program
kerja, yaitu papan petunjuk tempat,
minggu berseri (bersih, sehat dan mandiri), tempat sampah komunal (Teko), daur
ulang gelas plastik (Dagel), penyuluhan sampah sekolah (Pulsa), dan seru
menanam (Senam). Kegiatan kerja bakti yang pertama kainya setelah 12 tahun,
pada awalnya saya merasa pesimis, namun ternyata cukup berjalan dengan lancar,
banyak warga yang tergerak untuk ikut melaksanakan kerja bakti, mulai dari
bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan anak-anak. Daur ulang gelas plastik pun banyak
anak-anak yang antusias. Harapannya, anak-anak dapat menjadi pelopor untuk
kedepannya lebih menjaga lingkungan. Selain itu, kami berharap, kegiatan kerja
bakti tidak hanya dilaksanakan saat ada mahasiswa K2N, melainkan dapat dijadikan
agenda rutin di Desa Ender Blok 1. Rencana pembuatan TPA dan TPS di Desa Ender
cukup membuat kami lega, karena Bapak Kuwu juga sudah cukup memiliki sistem
yang baik untuk pengelolaannya. Namun, perlu adanya pengawasan lebih lanjut
terkait pembuatan TPA dan TPS tersebut agar tidak hanya menjadi wacana dan
janji-janji belaka.
Gambar 7. Daur Ulang Gelas
Plastik Menjadi Celengan
Banyak pelajaran yang saya dapatkan,
saya belajar untuk menghadapi para pejabat desa, mengajar anak-anak, keluarga
baru, dan pelajaran berharga lainnya yang tidak akan saya lupakan. Saya pada
awalnya tidak terlalu suka dengan anak-anak, kini saya nyaman untuk bertemu dan
mengajarkan anak-anak. Pada awalnya saya merasa takut untuk bertemu dengan
orang baru, bahkan takut untuk menyapa orang lain, kini saya belajar untuk
lebih membuka diri dan peka akan lingkungan sekitar. Satu bulan lebih bersama
di Ender bukanlah hal mudah untuk menyatukan banyak pemikiran tanpa adanya
perselisihan. Namun, kami dapat melalui semua ini dan kekeluargaan kami dapat
menjadi semakin erat. Mendapat keluarga baru di Ender merupakan salah satu hal
yang paling berharga untuk saya.
Daftar
Acuan :
Barliana,
M. S. (2014). Arsitektur, urbanitas, dan
pendidikan budaya berkota: Dari Surabaya menuju Bandung, Yogyakarta:
Deepublish.
Geller,
E. S., Brasted, W. S., & Mann, M. F. (1979). Waste Receptacle Designs as
Interventions for Litter Control. Journal
of Environmental Systems, 9(2), 145-160. doi:10.2190/5p46-8h2n-41jr-c2ej.
Moore,
G. T. (1979). Architecture and human behavior: The place of
environment-behavior studies in architecture. Wisconsin Architect, 18-21.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar