Senin, 09 Oktober 2017

ARTIKEL POPULER K2N UI 2017


PELAJARAN BERARTI DARI ENDER
Rizka Adriana Lutfiani, FMIPA UI, 1406558430

Gambar 1. Keluarga Baru di Ender
Kuliah Kerja Nyata (K2N) UI merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Indonesia dengan pendekatan keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Kegiatan K2N juga merupakan perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari tiga poin yaitu penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Ketiga poin tersebut dikembangkan melalui program-program yang kreatif, inovatif, dan edukatif untuk kemudian diaplikasikan ke dalam masyarakat. K2N UI 2017 mengusung tema “Bersama Mayarakat, Memberi Manfaat” dengan empat sub tema yaitu pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ekonomi kreatif.
Kegiatan K2N bertujuan untuk memotivasi masyarakat dengan saling berbagi manfaat dan semangat melalui berbagai bidang ilmu yang diterapkan. Selain itu, K2N juga bertujuan untuk membentuk kepribadian mahasiswa sebagai kader pembangunan dengan wawasan berfikir yang komprehensif, sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi masyarakat, program K2N diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam berbagai aspek.
Sejak awal mengetahui kalau ada K2N UI 2017, saya sangat antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut karena saya merasa sebagai mahasiswa, saya belum dapat memberikan manfaat secara langsung untuk masyarakat, bahkan cenderung terkesan cuek. Oleh karena itu, saya ingin mengikuti K2N, sehingga saya dapat belajar secara langsung dari pengalaman selama berada di lokasi K2N karena secara tidak langsung dituntut untuk berbaur bermasyarakat. Saya berharap dapat memberikan sedikit manfaat dari ilmu yang sudah saya dapatkan di bangku kuliah selama ini untuk masyarakat.
Kegiatan K2N UI berlangsung selama 33 hari, lebih tepatnya pada tanggal 19 Juli hingga 22 Agustus. Sebelum hari keberangkatan, peserta harus melewati beberapa tahapa, yaitu seleksi berkas, pembekalan, wawancara penempatan, bina fisik dan mental, hingga akhirnya melaksanakan kegiatan K2N di lokasi yang telah ditetapkan. Selama kegiatan K2N, sangat banyak pelajaran yang saya dapatkan, yang tentunya tidak dapat saya dapatkan pada saat berada di kelas. Banyak hal-hal berarti buat saya yang terjadi selama K2N, mulai dari keluarga baru, cara menghadapi orang-orang baru, mengajarkan anak-anak, dan masih banyak lagi. Menghadapi berbagai masalah dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah di lokasi K2N merupakan salah satu pembelajaran baru bagi saya.
Pada tanggal 19 Juli 2017, saya dan tim berangkat ke lokasi K2N yang bertempat di Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Perjalanan ke Desa Ender memakan waktu kurang lebih enam jam. Sesampainya di rumah kontrakan, kami langsung membereskan rumah dan pada malam harinya kami rapat untuk membahas agenda dan rencana untuk melakukan assessment di Desa Ender. Assessment bertujuan untuk melalakukan penilaian, peninjauan, serta mencari permasalahan yang terjadi di Desa Ender, sehingga kami dapat membuat program-program yang dapat mengurangi atau menyelesaikan permasalah yang terjadi di desa tersebut.
Assesment dilakukan selama tiga hari, yaitu dengan mengunjungi Balai Desa, tokoh-tokoh masyarakat, serta warga Ender, mulai dari anak-anak, pemuda, ibu-ibu, bapak-bapak, dan juga lansia. Selama assessment, kami mendapatkan banyak informasi tentang Desa Ender. Kami juga jadi lebih mengenal kondisi di desa tersebut, sehingga kami pun mulai merumuskan permasalahan apa saja yang terjadi di Ender, terutama yang termasuk ke dalam subtema K2N 2017, yaitu pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan ekonomi kreatif. Kami pun dipecah menjadi empat tim, sesuai dengan subtema tersebut, sehingga informasi yang didapatkan jadi lebih banyak. Saya berada di tim lingkungan bersama Bayu. Meskipun hanya berdua, kami tidak pernah merasa kesulitan, karena kami saling membantu untuk menjalankan program yang sudah kami rencanakan.
Berdasarkan hasil assessment, desa Ender terdiri dari lima blok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jarak antar satu blok ke blok lain juga agak jauh. Seharusnya desa Ender sudah dilakukan pemekaran, karena untuk satu desa, Ender tergolong desa yang sangat luas, penduduknya pun sudah sangat banyak. Penduduk pria di desa Ender berjumlah 3.722 jiwa, sedangkan wanita berjumlah 3.653 jiwa.Mayoritas warga desa Ender beragama islam. Sarana ibadah di desa Ender cukup memadai (lihat Tabel 1). Begitu pula dengan sarana kesehatan di Desa Ender, setiap bulannya diadakan posyandu yang lokasinya bergantian saru satu blok ke blok lainnya.

Tabel 1. Data Sarana Ibadah di Desa Ender
Sarana Ibadah
Jumlah
Masjid Jami
2
Mushola
8
Madrasah
4
Majlis Talim
1
Jumlah
15

Tabel 2. Data Sarana Kesehatan di Desa Ender
Sarana Kesehatan
Jumlah
Posyandu
5
Puskesmas
1
Bidan Desa
3
Klinik Tenaga Kesehatan
3
Jumlah
12


Blok 1 Desa Ender berada di bagian Utara. Blok ini dipisahkan oleh jalan Pantura, sedangkan blok 2, 3, 4, dan 5 berada di Ender bagian Selatan. Oleh karena itu, terdapat perbedaan budaya, maupun bahasa antara Ender bagian Utara dengan Ender bagian Selatan. Ender bagian Selatan, memiliki mata pencaharian yang beragam, ada yang menjadi petani, nelayan, TKI, PNS, dan pekerjaan lainnya. Sementara itu, di warga Ender Utara mayoritas bekerja sebagai nelayan yang pada umumnya kaum pria; tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang pada umunya kaum wanita; buruh yang pada umumnya ibu rumah tangga menjadi pengupas rajungan; serta pedagang. Ender utara sering juga disebut sebagai “Kampung Nelayan”.
Setelah melakukan assessment¸kami melihat ada sedikit kejanggalan terjadi, bahkan seperti ada permasalahan yang lebih besar, yaitu adanya kesenjangan sosial antara Ender Utara dengan Ender Selatan. Masyarakat Ender Utara dianggap memliki kelakuan yang cukup kasar, dikarenakan mayoritas merupakan nelayan. Selain itu, warga Ender Utara juga seperti dianggap sebelah mata. Bahkan, saat melakukan assessment dengan perangkat desa, mereka lebih mengarahkan kami untuk lebih memajukan Ender Selatan, padahal yang kami lihat, Ender Selatan sudah cukup maju dan cukup mandiri. Oleh karena itu, kami pun bertekad untuk lebih fokus memajukan Ender Utara, karena menurut kami Ender Utara lebih membutuhkan kehadiran kami, bukan karena terbelakang, namun karena menurut kami Ender Utara memiliki potensi yang lebih, sehingga Ender Utara juga patut untuk dibanggakan.
Gambar 2. Kegiatan Bimbingan Belajar Ender Ceria (Bienderia)
Pendidikan rata-rata warga Desa Ender Blok 1 adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Umumnya seusai SMP, anak laki-laki mencari nafkah menjadi nelayan, baik nelayan harian yang setiap hari mencari ikan di laut, maupun nelayan tahunan yang ikut berlayar dengan perahu besar menuju negara lain untuk mendapatkan ikan. Sementara itu, anak perempuan banyak yang menikah atau menjadi TKI di luar negeri. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan, padahal mereka dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi. Selain itu, permasalahan lainnya yaitu kurangnya jumlah tenaga kerja pendidik di SD maupun Madrasah yang ada di Desa Ender. Hal tersebut cukup menghambat proses belajar dan mengajar. Pada saat kami datang ke Sekolah Agama di Ender Blok 1, terlihat hanya ada satu guru yang mengajar, yaitu Pak Ghufron, yang harus mengajar kelas satu hingga enam. Hal tersebut tentunya membuat kondisi kelas menjadi kurang kondusif, karena harus bolak balik bergantian dari satu kelas ke kelas lain. Untuk pendidikan, kami membuat enam program kerja, yaitu bimbel Ender ceria (Bienderia), kelas bernyanyi dan bercerita (Kelas Nyata), pohon cita-cita dan pendidikan karir (Poci-poci Berkarir), pengenalan aksara Jawa, sekolah agama, dan perpustakaan Ender cerdas (Pustaka Encer).
Tabel 3. Data Sarana Pendidikan di Desa Ender Blok 1
Pendidikan
Jumlah
Gedung
Tenaga Kerja
Sekolah Dasar (SD)
1
8
Sekolah Mengah Pertama (SMP)
0
0
Sekolah Menengah Atas (SMA)
0
0
Madrasah
1
2
Jumlah
2
10
Bienderia dilaksanakan di rumah kontrakan kami setiap hari senin hingga kamis, pada jam empat sore. Anak-anak terlihat sangat antusias untuk mengikuti Bienderia tersebut. Materi yang diajarkan pun bermacam-macam, ada materi matematika, bahasa Inggris, kewarganegaraan, hingga kegiatan yang melatih kreativitas maupun penanaman nilai-nilai moral untuk anak-anak. Program Perpustakaan Ender cerdas (Pustaka Encer) bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak. SDN 1 Ender padahal sudah memiliki ruang perpustakaan dan buku hasil sumbangan pemerintah, namun karena kurang diperhatikan kebersihan dan kerapihannya, gedung itu pun terlihat sangat kotor dan terdapat beberapa kerusakan. Gedung tersebut juga sudah tidak pernah dipergunakan sebagai mana mestinya sebagai perpustakaan, bahkan hampir tidak pernah dibuka kembali. Padahal banyak anak-anak yang ingin membaca buku yang ada di perpustakaan tersebut. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk merapihkan perpustakaan di SDN 1 Ender agar perpustakaan tersebut dapat digunakan kembali. Anak-anak pun terlihat sangat antusias saat mengetahui bahwa perpustakaan sekolah mereka akan dibuka kembali, bahkan banyak pula anak-anak yang membantu merapikhkan perpustakaan tersebut. Begitu pula dengan program kerja lainnya dari bidang pendidikan, bertujuan agar semua anak-anak mendapatkan haknya untuk belajar, bukan hanya belajar mata pelajar saja, namun juga mendidik moral dan mengembangkan potensi anak, sehingga mereka memiliki motivasi untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Harapan kami juga agar banyak anak-anak yang ingin meneruskan sekolahnya dan mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk menggapai cita-citanya tersebut.
Gambar 3. Kelas Bernyanyi dan Bercerita (Kelas Nyata)
Masalah kesehatan yang banyak dialami warga Ender yaitu hipertensi. Keadaan yang cukup mengkhawatirkan ialah masih ada beberapa warga masih membuang hajat sembarangan di sungai, padahal dilain kesempatan terlihat anak-anak bermain dan berenang di sungai tersebut. Hal tersebut tentunya cukup membahayakan kesehatan anak-anak. Kegiatan cuci tangan sebelum makan juga masih belum dibudayakan dengan baik. Dalam bidang kesehatan, kami membuat empat program kerja, yaitu cek kesehatan, senam prolanis, posbindu, dan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Cek kesehatan dilaksanakan secara door to door. Mengingat target utama cek kesehatan yang merupakan lansia, sehingga untuk memudahkan lansia, kami pun mendata dan mengecek kesehatan para warga lansia di Desa Ender secara satu persatu. Senam prolanis pada awalnya ditujukan untuk para lansia, namun ternyata pesertanya kebanyakn ibu-ibu rumah tangga, bahkan anak-anak. Hal tersebut dikarenakan para lansia sudah mulai kesulitan untuk berjalan jauh, apalagi untuk senam. Sosialisasi PHBS diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan pola hidup yang sehat, terutama pada lansia yang paling banyak mengalami keluhan kesehatan.
PHBS juga dilakukan di Pesantren, PAUD BKKB Ender, dan SDN 1 Ender. Namun, untuk yang targetnya anak-anak, PHBS lebih disisipkan melalui lagu-lagu yang mudah dihafalkan anak-anak. Selain itu, juga dibawa alat peraga untuk mengajarkan cara menggosok gigi dengan benar. Harapannya, melalui lagu-lagu tersebut, nilai-nilai yang ingin disampaikan dapat lebih mudah dicerna anak-anak dan juga selalu diingat.
Gambar 4. Cek Kesehatan
Dalam bidang ekonomi kreatif, kami berinisiatif untuk megembangkan penjualan krupuk lemi khas Blok 1 Desa Ender. Krupuk lemi (Klemi) merupakan krupuk yang dibuat dari lemi (telur rajungan) yang sudah banyak dibuat oleh ibu-ibu di Desa Ender, yang umumnya bekerja sambilan sebagai pengupas rajungan. Telur rajungan (lemi) itu sendiri juga merupakan salah satu limbah dari hasil mengupas rajungan. Banyak lemi yang dibuang, namun beberapa orang memanfaatkan lemi tersebut untuk diolah menjadi krupuk. Produk krupuk lemi memiliki potensi yang besar untuk dapat dikembangkan karena memiliki ciri khas Desa Ender yang kuat.
Gambar 5. Pembuatan Krupuk Lemi
Kami pun berinovasi dengan membuat variasi rasa krupuk lemi, yaitu rasa keju, jagung manis, barbekiu, balado, dan pedas agar lebih menarik. Selain itu, kami pun berinovasi dalam kemasan Klemi yang dibuat menjadi lebih menarik dan pemasaran secara online, sehingga produk Klemi dapat lebih dikenal sebagai oleh-oleh khas Cirebon. Kami pun melakukan penjualan, dan hasilnya cukup memuaskan. Banyak yang memesan Klemi, baik secara langsung (didominasi anak-anak yang membelinya), maupun secara online. Kami berharap kedepannya, Klemi dapat benar-benar diakui sebagai oleh-oleh khas Kota Cirebon, sehingga dapat meningkatkan penghasilan warga Ender Blok 1 juga.
Berdasarkan hasil assessment, didapatkan bahwa dari lingkungan, permasalahan terbesar di Desa Ender ialah sampah yang belum ada sistem pengelolaan yang baik karena belum tersedianya TPA dan TPS, sehingga banyak sampah yang menumpuk di beberapa titik lokasi, bahkan banyak warga yang menjadikan bantaran sungai sebagai tempat akhir pembuangan sampah rumah tangga. Ada warga yang mengumpulkan sampah di satu lokasi, kemudian jika sudah banyak sampahnya akan dibakar, namun ada pula yang langsung membuang sampahnya di pinggiran sungai dan tidak ada yang membakar sampahnya hingga menumpuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Bahkan, permasalahan tersebut kerap kali menimbulkan banjir di beberapa titik lokasi di Desa Ender Blok 1.
Gambar 6. Minggu Berseri di Desa Ender Blok 1
 Sampah yang menumpuk tidak dikelola dengan baik dan benar sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang dapat merambat ke masalah lain, seperti masalah kesehatan. Selain itu, kesadaran masyarakat juga masih kurang untuk membereskan dan membersihkan lingkungan sekitar. Lingkungan hidup merupakan tempat pertama yang dapat dijadikan cerminan kualitas hidup suatu masyarakat dan dapat memengaruhi kehidupan bermasyarakat, baik dari segi pendidikan maupun kesehatan masyarakat. Berdasarkan informasi dari Bapak Kusnali, sudah sekitar kurang lebih 12 tahun di desa Ender tidak pernah melaksanakan kegiatan kerja bakti, dikarenakan masing-masing warga sudah memiliki kesibukan masing-masing untuk mencari nafkah. Namun, kesadaran warga akan sampah plastik yang bermanfaat sudah cukup baik.
Bidang lingkungan membuat enam program kerja, yaitu  papan petunjuk tempat, minggu berseri (bersih, sehat dan mandiri), tempat sampah komunal (Teko), daur ulang gelas plastik (Dagel), penyuluhan sampah sekolah (Pulsa), dan seru menanam (Senam). Kegiatan kerja bakti yang pertama kainya setelah 12 tahun, pada awalnya saya merasa pesimis, namun ternyata cukup berjalan dengan lancar, banyak warga yang tergerak untuk ikut melaksanakan kerja bakti, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, bahkan anak-anak. Daur ulang gelas plastik pun banyak anak-anak yang antusias. Harapannya, anak-anak dapat menjadi pelopor untuk kedepannya lebih menjaga lingkungan. Selain itu, kami berharap, kegiatan kerja bakti tidak hanya dilaksanakan saat ada mahasiswa K2N, melainkan dapat dijadikan agenda rutin di Desa Ender Blok 1. Rencana pembuatan TPA dan TPS di Desa Ender cukup membuat kami lega, karena Bapak Kuwu juga sudah cukup memiliki sistem yang baik untuk pengelolaannya. Namun, perlu adanya pengawasan lebih lanjut terkait pembuatan TPA dan TPS tersebut agar tidak hanya menjadi wacana dan janji-janji belaka.
Gambar 7. Daur Ulang Gelas Plastik Menjadi Celengan
Banyak pelajaran yang saya dapatkan, saya belajar untuk menghadapi para pejabat desa, mengajar anak-anak, keluarga baru, dan pelajaran berharga lainnya yang tidak akan saya lupakan. Saya pada awalnya tidak terlalu suka dengan anak-anak, kini saya nyaman untuk bertemu dan mengajarkan anak-anak. Pada awalnya saya merasa takut untuk bertemu dengan orang baru, bahkan takut untuk menyapa orang lain, kini saya belajar untuk lebih membuka diri dan peka akan lingkungan sekitar. Satu bulan lebih bersama di Ender bukanlah hal mudah untuk menyatukan banyak pemikiran tanpa adanya perselisihan. Namun, kami dapat melalui semua ini dan kekeluargaan kami dapat menjadi semakin erat. Mendapat keluarga baru di Ender merupakan salah satu hal yang paling berharga untuk saya.

Daftar Acuan :
Barliana, M. S. (2014). Arsitektur, urbanitas, dan pendidikan budaya berkota: Dari Surabaya menuju Bandung, Yogyakarta: Deepublish.
Geller, E. S., Brasted, W. S., & Mann, M. F. (1979). Waste Receptacle Designs as Interventions for Litter Control. Journal of Environmental Systems, 9(2), 145-160. doi:10.2190/5p46-8h2n-41jr-c2ej.
Moore, G. T. (1979). Architecture and human behavior: The place of environment-behavior studies in architecture. Wisconsin Architect, 18-21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar